Matriks Capaian Inovasi TOSIBALLA’ Kelurahan Lembang

 


Inovasi TOSIBALLA’ (Tanam Organik Serentak Inisiatif Balla’) merupakan terobosan pelayanan publik yang diinisiasi oleh Pemerintah Kelurahan Lembang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai upaya sistematis dalam memperkuat ketahanan pangan keluarga, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mengoptimalkan potensi pekarangan rumah tangga. Untuk menilai efektivitas dan dampak inovasi ini, disusun matriks capaian inovasi yang membandingkan kondisi sebelum dan sesudah implementasi TOSIBALLA’.

Kondisi Sebelum Inovasi

Sebelum TOSIBALLA’ dilaksanakan, pemanfaatan pekarangan rumah warga di Kelurahan Lembang belum optimal. Sebagian besar pekarangan dibiarkan kosong atau hanya dimanfaatkan secara terbatas tanpa perencanaan yang jelas. Aktivitas menanam sayuran dilakukan secara sporadis, tidak terjadwal, dan bergantung pada inisiatif individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak berkelanjutan dan belum mampu memenuhi kebutuhan pangan keluarga secara konsisten.

Produksi sayur di tingkat rumah tangga juga masih sangat terbatas. Tanaman yang ditanam umumnya hanya satu atau dua jenis, tanpa perhitungan masa tanam dan panen. Akibatnya, hasil panen sering kali tidak serempak dan volumenya tidak stabil. Kondisi ini membuat hasil pekarangan hanya bersifat pelengkap dan belum menjadi sumber pangan yang dapat diandalkan.

Dari sisi ekonomi, sebelum inovasi TOSIBALLA’ tidak terdapat nilai ekonomi berkelanjutan dari pemanfaatan pekarangan. Hasil panen yang terbatas dan tidak terjadwal menyulitkan warga untuk menjual hasilnya secara kolektif. Pekarangan belum dipandang sebagai potensi ekonomi keluarga, melainkan hanya sebagai aktivitas sampingan yang tidak memiliki nilai tambah signifikan terhadap pendapatan rumah tangga.

Kondisi Sesudah Inovasi

Setelah implementasi inovasi TOSIBALLA’, terjadi perubahan yang signifikan dan terukur di Kelurahan Lembang. Pekarangan rumah warga kini dimanfaatkan secara lebih optimal dengan pendekatan pertanian organik dan terjadwal. Melalui pendampingan dan pemberian bibit tanaman, masyarakat didorong untuk menanam berbagai jenis sayuran yang sesuai dengan kondisi pekarangan dan kebutuhan keluarga. Pemanfaatan pekarangan tidak lagi bersifat sporadis, tetapi direncanakan secara bersama melalui pola tanam serentak.

Inovasi TOSIBALLA’ juga mendorong terlaksananya panen serentak dengan volume yang lebih stabil. Dengan adanya pengaturan jadwal tanam dan panen, masyarakat dapat memanen hasil pekarangan secara bersamaan, sehingga ketersediaan sayuran menjadi lebih terjamin. Panen serentak tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan gotong royong antarwarga.

Dari sisi ekonomi, inovasi ini berhasil memunculkan tambahan pendapatan keluarga. Hasil panen yang berlebih dapat dijual secara sederhana di lingkungan sekitar atau dikelola secara kelompok. Pola ini memberikan nilai ekonomi baru dari pekarangan rumah yang sebelumnya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Tambahan pendapatan tersebut, meskipun berskala kecil, memiliki dampak signifikan terhadap ketahanan ekonomi keluarga, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah.

Secara keseluruhan, matriks capaian inovasi TOSIBALLA’ menunjukkan transformasi nyata dari kondisi awal yang pasif dan tidak terstruktur menjadi sistem pemanfaatan pekarangan yang aktif, produktif, dan berkelanjutan. Perubahan ini menjadi indikator keberhasilan inovasi dalam menjawab permasalahan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di tingkat kelurahan.


Pemangku Kepentingan dalam Inovasi TOSIBALLA’

Keberhasilan inovasi TOSIBALLA’ tidak terlepas dari peran dan sinergi berbagai pemangku kepentingan yang terlibat secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Kolaborasi ini menjadi kekuatan utama dalam memastikan inovasi berjalan efektif dan berkelanjutan.

Lurah Lembang berperan sebagai inovator dan penggerak utama TOSIBALLA’. Lurah bertanggung jawab dalam merumuskan konsep inovasi, mengoordinasikan pelaksanaan program, serta memastikan dukungan kebijakan dan kelembagaan yang diperlukan. Kepemimpinan lurah menjadi faktor kunci dalam membangun komitmen aparatur kelurahan dan masyarakat terhadap pelaksanaan TOSIBALLA’.

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bantaeng berperan sebagai pendamping teknis dan mitra strategis. Dinas ini memberikan dukungan berupa pembinaan teknis, penyediaan bibit, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam budidaya tanaman organik. Keterlibatan dinas terkait memastikan bahwa inovasi selaras dengan kebijakan pembangunan daerah dan memiliki landasan teknis yang kuat.

TP PKK memiliki peran penting sebagai pembina keluarga dan penggerak kelompok perempuan. Melalui TP PKK, inovasi TOSIBALLA’ menjangkau langsung keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. TP PKK berperan dalam mengedukasi keluarga tentang pentingnya ketahanan pangan, gizi seimbang, serta pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan sehat.

RT/RW dan LPM berfungsi sebagai penggerak masyarakat di tingkat kewilayahan. Mereka berperan dalam pendampingan warga, pemantauan pertumbuhan tanaman, serta pengorganisasian kegiatan tanam dan panen serentak. Keterlibatan RT/RW dan LPM memastikan inovasi berjalan hingga ke tingkat rumah tangga dan menciptakan rasa tanggung jawab bersama.

Masyarakat merupakan pelaku utama sekaligus penerima manfaat inovasi TOSIBALLA’. Partisipasi aktif masyarakat dalam menanam, merawat, dan memanfaatkan hasil pekarangan menjadi penentu keberhasilan inovasi. Dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek, bukan objek, TOSIBALLA’ mampu membangun kemandirian, keberlanjutan, dan dampak nyata bagi kesejahteraan warga.


Melalui matriks capaian inovasi yang jelas dan sinergi pemangku kepentingan yang kuat, inovasi TOSIBALLA’ diharapkan terus berkembang sebagai model inovasi pelayanan publik yang berdampak nyata, terukur, dan dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INOVASI TOSIBALLA -Kelurahan Lembang Bantaeng

@soratemplates